"Kalau seperti kami ini kan sistemnya 50:50 dengan pengurus kebun. Belum dipotong kebutuhan pupuk, racun rumput, dan keperluan pengelolaan kebun. Etimasi kita cuma terima hasil 1/3. Hitungannya tidak balik modal dengan biaya urus selama ini," ujarnya.
Murahnya harga sawit ini juga diharapkan seluruh petani, kedepan bisa diatasi pemerintah. Karena jika melihat efek dari larangan ekspor pemerintah ini, hanya masih terasa berimbas pada pekebun sawit. Karena harga jual buah sawit yang rendah.
"Tetapi harga untuk minyak gorengnya sendiri, sampai dengan saat ini masih mahal. Walaupun ekspor dilarang, minyak goreng masih tidam turun masih saja diharga Rp 25 rb/liter. Jadi, masyarakat tetap susah, pekebun sawit juga susah," timpal Ariansyah salah satu pekebun sawit lainya. (dal)