Diawali Hobi Mengkonsumsi, Akhirnya Pilih Berkebun Jeruk

Diawali Hobi Mengkonsumsi, Akhirnya Pilih Berkebun Jeruk

Liang Wahyudi atau kerap disapa Ko Liang saat menunjukan salah satu batang jeruk diperkebunan miliknya.--

MUARADUA - Guna mendukung program Gubernur Sumsel Herman Deru, yakni Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP), para petani di OKU Selatan kini banyak memanfaatkan lahan kosong.

Berangkat dari kebiasaan yang gemar mengkonsumsi buah jeruk manis, Liang Wahyudi, yang merupakan salah satu pengusaha di OKU Selatan tergerak untuk membuka perkebunan jeruk manis BW.

Lahan kosong yang semula bekas dari kebun karet yang tidak lagi produktif, langsung disulapnya menjadi perkebunan jeruk manis. Setelah beberapa tahun berjalan, kini kebun jeruk tersebut tak lama lagi bisa dipanen.

"Sebenarnya simpel, awalnya karena biasa setiap hari beli jeruk manis untuk dikonsumsi. Setiap beberapa hari bisa beli jeruk manis ini 3 kg dengan harga Rp 20 ribu. Dari kebiasaan itu lah, terpikir kenapa tidak tanam sendiri," ungkapnya, kepada Harian OKU Selatan (HOS), Selasa (20/9).

Pria yang akrab disapa Ko Liang ini pun, mulai menghitung kalkulasi untuk membuka kebun jeruk. Kebetulan saat itu, dia memiliki sebuah lahan sekitar 2 hektar yang belum terisi tanaman kebun.

Setelah dihitung, jelasnya, keuntungan menanam kebun jeruk sendiri memang cukup menggiurkan. Dimana dari lahan tersebut, jika panen tiba buah-buah tersebut bukan cuma hanya bisa dikonsumsi seluruh keluarga tetapi juga bisa dijual.

"Kalau panen tiba, per satu batang jeruk ini saya bisa dapat 10 kg. Nominal sekitar Rp 200 ribu masuk satu batang. Kan lumayan, karena kalau saya tanam ini ada sekitar 800 batang jeruk," ucapnya.

Dirinya sendiri juga sudah mulai menghitung rincian, dimana dari 800 batang jeruk yang sudah ditanamnya diperkirakan bisa mencapai 32 ton setiap panen tiba. Untung jelas sangat besar jika, hanya sekedar untuk dikonsumsi. Tapi juga bisa dibagikan, ataupun dijual menjadi bisnis.

"Ini 32 ton kita jual cepat saja Rp 15 ribu. Itu omzetnya besar yang masuk ke kita. Kebun jeruk saya ini sempat langsung ditawar orang Rp 1,6 Miliar, tapi tidak saya lepas," jelasnya.

Menurutnya berkebun jeruk memang kini menjadi profesi hobi yang terus difokuskan. Meskipun untuk perawatan berkebun jeruk termasuk rumit, karena perlu perawatan seperti mengurus bayi. Namun hal tersebut tidak masalah, karena bagian dari perjalanan petani.

"Perawatan layaknya seperti pupuk, pestisida, dan lain-lainya. Lalu, untuk perawatan seperti biasa tunasnya harus dipotong-potong terus setiap hari," bebernya. (dal)

Sumber: