Petani Lada Berharap Kenaikan Harga Jual di Kabupaten OKU Selatan

Petani Lada Berharap Kenaikan Harga Jual di Kabupaten OKU Selatan

Petani lada di Kabupaten OKU Selatan berharap, Penjualan hasil panen meningkat-Foto: Hamdal Hadi/Harian OKU Selatan.-

MUARADUA, HARIANOKUS.COM - Para petani lada di Kabupaten OKU Selatan berharap dapat meraih peningkatan penjualan hasil panen mereka pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pada bulan Mei 2023, harga jual lada hanya berkisar antara Rp 40.000-45.000 per kilogram di tingkat pengepul. Harga tersebut dianggap tidak sebanding dengan biaya produksi dan perawatan yang dikeluarkan.

"Kami berharap hasil panen stabil dan harga jual meningkat. Buah lada tahun ini cukup bagus, semoga harga lada juga mengalami kenaikan karena selain penurunan panen kopi, kemungkinan kurangnya hujan pada tahun lalu juga berpengaruh," ujar Joko Fideral, seorang petani dari Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Buay Pemaca, pada Rabu, 13 Maret 2024.

BACA JUGA:Ten NC? Brand Ambassador Terbaru Saint Laurent!

Joko mengatakan bahwa ia sudah menjadi petani lada selama 10 tahun terakhir dengan menerapkan sistem tanam sulam dan memiliki sekitar 3.000 batang lada.

"Saya telah menanam sekitar 3.000 batang lada sejak tahun 2000 dengan sistem tanam sulam. Dari jumlah tersebut, panen normalnya mencapai 2 ton," tambahnya.

Sebagai petani lada, harapannya hanyalah adanya kenaikan harga jual saat panen tiba.

"Lada semakin langka dan sulit dijumpai karena banyak yang beralih menanam jagung. Selain itu, proses perawatan lada lebih rumit dan panen hanya dilakukan sekali dalam setahun," jelasnya.

Meskipun lada merupakan salah satu kebutuhan masyarakat, namun pada tahun 2023 lalu harga jual masih stagnan di angka 40 ribu rupiah per kilogram.

BACA JUGA:Polri, TNI, Pol PP, dan Dishub Kabupaten Oku Selatan Gelar Patroli Gabungan untuk Jaga Situasi Kamtibmas

"Jika harga jual saat panen nanti bisa mencapai 70 ribu hingga 80 ribu rupiah per kilogram, kami akan merasa lega meskipun perawatannya rumit. Namun jika harga tetap rendah, maka tidak sebanding dengan upaya yang kami lakukan," ungkap Joko.

Proses budidaya lada memang lebih rumit dibandingkan dengan komoditas lain seperti kopi dan jagung, namun lada tetap menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia.

"Lada merupakan kebutuhan yang luas di masyarakat dan dapat diekspor jika memungkinkan. Bahkan, hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan lada sebagai bumbu masakan," tandasnya. (Dal)

Sumber: