BPBD OKU: Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Pendek dan Basah

BPBD OKU: Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Pendek dan Basah

Manager Pusat Data dan Informasi Operasi BPBD OKU, Gunalfi -Foto: Eris/OKES.-

BATURAJA, HARIANOKUS.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten OKU mengeluarkan imbauan musim kemarau yang dimulai pada akhir Juli dan mencapai puncaknya di bulan Agustus.

Kalaksa BPBD OKU Yanuar melalui Manager Pusat Data dan Informasi Operasi BPBD OKU, Gunalfi mengatakan, tahun ini terdapat prediksi perubahan dinamika atmosfer yang signifikan.

"Berdasarkan pantauan dan prediksi dinamika atmosfer global, diperkirakan pada akhir Agustus hingga Oktober akan terjadi fenomena La Niña lemah," terang Gunalfi.

La Nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan peningkatan curah hujan di berbagai wilayah.

Meskipun biasanya terjadi pada musim hujan, La Niña lemah yang diperkirakan terjadi ini akan mempengaruhi musim kemarau di Sumsel.

BACA JUGA:Polda Sumsel Bongkar 851 Kasus Narkoba di Semester I 2024, Selamatkan 2,2 Juta Jiwa

"Alhasil, musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih pendek dan tidak sekering tahun sebelumnya," tambhanya.

Dia mengatakan, BMKG telah memantau perubahan ini dan memberikan prediksi bahwa curah hujan akan meningkat pada akhir musim kemarau.

Meskipun curah hujan diperkirakan meningkat, kewaspadaan terhadap kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla) tetap harus dijaga.

Satgas Karhutla Kabupaten OKU telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan hutan yang dapat memicu karhutla.

Pembakaran lahan selama musim kemarau bisa menyebabkan bencana kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

BACA JUGA:Samsung Luncurkan Galaxy F14 4G di India, Harga Terjangkau dengan Spesifikasi Modern

Penghematan air juga menjadi fokus utama selama musim kemarau ini. Masyarakat diminta untuk menggunakan air dengan bijak mengingat sumber air akan berkurang.

Selain itu, menjaga kondisi tubuh dan kesehatan juga sangat penting selama musim kemarau. Cuaca yang panas dan peningkatan partikel debu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Koordinasi lintas sektor juga dilakukan untuk mengantisipasi dampak dari perubahan cuaca ini.

Pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi terkait seperti BPBD dan Dinas Kehutanan untuk memastikan bahwa semua langkah pencegahan dan penanggulangan karhutla dilakukan dengan baik.

Perubahan iklim global telah memberikan dampak nyata pada pola cuaca di Sumsel. Fenomena La Niña lemah yang diprediksi ini adalah salah satu contoh bagaimana dinamika atmosfer global dapat mempengaruhi cuaca lokal.

BACA JUGA:H. Misnadi Dapat Dukungan Besar dari Sindang Danau Menuju Pilkada OKU Selatan

Adaptasi terhadap perubahan ini menjadi kunci untuk menghadapi musim kemarau yang tidak menentu.

Program sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan tidak membakar lahan terus digalakkan.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya tindakan pencegahan bisa mengurangi risiko bencana karhutla yang sering terjadi di Sumsel.

Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan sangat diharapkan. Dengan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, dampak negatif dari perubahan cuaca bisa diminimalisir.

Langkah-langkah kecil seperti tidak membakar sampah sembarangan dan menghemat air bisa memberikan dampak positif yang besar.

"Musim kemarau tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya prediksi peningkatan curah hujan akibat La Niña lemah, kesiapsiagaan dalam menghadapi perubahan cuaca sangat penting. Meskipun musim kemarau lebih pendek, potensi bencana seperti karhutla masih tetap ada dan harus diwaspadai," pungkasnya. (*)

Sumber: