Meski sudah lama ditemukan, pemugaran candi Muaro Jambi baru dimulai oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1975.
Kompleks candi juga memiliki kanal kuno, gundukan yang berisi struktur batu bata kuno, dan tangki air.
Beberapa arca juga ditemukan, antara lain Prajaparamita, Gajahsimha, alas batu, Dwarapala, dan lesung batu.
Dahulu, Candi Muaro Jambi merupakan pusat pendidikan Hindu-Buddha.
Dikutip dari tulisan seorang biksu bernama I Tsing yang dalam perjalanannya ke Nalanda (pusat pengajaran Buddha) di India, singgah di Melayu, khususnya Jambi, untuk menyempurnakan bahasa Sansekerta.
Kompleks candi ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan Hindu-Buddha, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran di berbagai bidang pada masanya, antara lain kedokteran, kedokteran, filsafat, arsitektur, dan seni.
Sampai saat ini Candi Muaro Jambi masih dikunjungi oleh para biksu dari berbagai negara, terutama pada saat perayaan Waisak.
Informasi lebih lanjut yang disampaikan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam kunjungannya ke Muaro Jambi menjelaskan bahwa konsep pendidikan di Candi Muaro Jambi ini pernah diterapkan oleh Kampus Mandiri Pendidikan (MBKM) pada masa lalu.