"Sekarang pasar bedug ini sudah sangat sepi, hanya tersisa beberapa pedagang ini saja. Pasar bedug ini ramainya ketika pembukaan dan hanya sekitar 3 hari. Setelah itu mulai sepi dan para pedagang lebih memilih pindah," ungkap Maisaroh, pedagang UMKM yang bertahan dilokasi pasar Ramadhan Muaradua saat dibincangi Sabtu (1/4/2023).
Dikatakannya para pedagang UMKM tidak bertahan lama berjualan di pasar Ramadhan yang baru dibuka lagi tersebut karena kondisi yang tidak memungkinkan.
Hal itu, ucapnya, diikrenakan banyak pedagang yang merugi, karena sepinya pengunjung yang datang. Dimana kebanyakan pembeli hanya sampai batas jalan protokol.
"Para pedagang sayur masak yang berjualan di pasar Ramadhan ini modalnya cukup besar, jadi dagangan mereka harus habis. Akan tetapi jika kondisinya sepi seperti ini maka mereka akan rugi, jadi banyak pedagang yang memilih pindah lapak ke pinggir jalan raya pasar," ungkapnya.
Sementara itu, Hasanah, salah satu warga Muaradua yang sedang berada di Pasar Ramadhan menilai ada beberapa hal yang membuat pasar Ramadhan tahun ini terbilang gagal.
Salah satunya adlah pihak Pemda dalam hal ini Dinas Diskoperindag OKUS kurang tepat memilih lokasi atau dengan kata lain lokasi yang ditempatkan kurang strategis.
Namun yang terpenting menurutnya, kurangnya sosialisasi pada perdagangan UMKM, sehingga banyak yang tidak terakomodir.
"Harusnya beberapa minggu sebelum pasar bedug dibuka ada banyak UMKM ini yang diakomodir untuk benar-benar dipusatkan berdagang di pasar bedug ini. Jangan dadakan, jadi banyak pedagang yang masih memilih berjualan di jalan. Sementara di pasar bedug nya sendiri justru cuma sedikit. Alhasil pembeli sedikit yang masuk ke pasar bedug dan pasar ramadhan jadi sepi," tuturnya. (Dal)