Suku Semendo nampaknya berasal dari suku deutero-Melayu yang bermigrasi secara masal ke kawasan Asia Tenggara benua Indocina pada awal Masehi.
Sekitar abad ke-3 Masehi ketika rombongan Semendo mendarat di pantai selatan. Sumatera dan lama tinggal di daerah pesisir, hidup bersama kelompok deutero-Melayu lainnya seperti suku Palembang dan lain-lain.
Semua adat dan budaya masyarakat Semendo jelas dipengaruhi oleh budaya Islam Melayu. Dari musik gendang hingga lagu daerah dan tarian, semuanya dipengaruhi oleh budaya Islam Melayu.
Salah satu adat suku Semendo adalah adat Tunggu Tubang yang mengatur tentang hak waris dalam keluarga, adat ini menentukan anak perempuan tertua yang berhak mewaris.
Sebuah pusaka berupa sawah dan rumah yang diwariskan secara turun-temurun secara turun-temurun. Kebiasaan ini membuat anak laki-laki ingin berubah.
Kebudayaan dan adat istiadat suku Semendo yang beragama Islam kemungkinan besar berasal dari masyarakat Melayu yang membawa kebudayaannya dari Riau atau daratan Malaysia.
Ajaran Islam masyarakat Semendo sangat kental dalam kehidupan masyarakat Semendo. Mereka sangat patuh menerapkan Syariat Islam secara rutin dan sistematis sesuai rukun Islam.
Hampir setiap tempat memiliki tempat ibadah bagi masyarakat ini. Selain itu, banyak juga pondok pesantren di kawasan suku Semendo yang secara khusus mendidik putra-putri suku Semendo untuk menjadi penyebar agama Islam di wilayahnya.