Harianokus.com - Salah satu makanan khas yang sangat terkenal dan digemari oleh masyarakat OKU Selatan adalah tempoyak. Tempoyak merupakan hasil fermentasi dari buah durian yang telah lama menjadi bagian penting dalam tradisi kuliner masyarakat setempat. Olahan ini sering digunakan sebagai bahan campuran dalam berbagai masakan tradisional khas OKU Selatan, seperti pepes ikan, sambal, hingga tambahan pada hidangan lainnya yang menggugah selera.
BACA JUGA:Curup Lungkuk: Permata Tersembunyi OKU Selatan, Menanti Sentuhan Infrastruktur
BACA JUGA:Protes Jalan Rusak, Warga Kecamatan Payaraman dan Lubuk Keliat Tanam Pohon di Tengah Jalan
Di pasar-pasar tradisional seperti di Muaradua, banyak pedagang yang menjual buah durian segar dan tempoyak. Syaiful, salah seorang penjual durian dan tempoyak di Pasar Muaradua, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, tempoyak masih memiliki banyak penggemar. Ia juga berbagi cerita tentang proses pembuatan tempoyak, “Untuk membuat tempoyak, kami memanfaatkan durian yang sudah lama atau belum terjual. Daging durian diambil, kemudian dimasukkan ke dalam toples, diberi garam secukupnya, ditutup rapat, dan difermentasi selama empat hari,” jelasnya.
Harga tempoyak di pasaran bervariasi tergantung pada musim durian dan tingkat permintaan masyarakat. Biasanya, harga per kilogram tempoyak berkisar antara Rp 40.000 hingga Rp 60.000. Meskipun tergolong terjangkau, keunikan rasa tempoyak membuatnya menjadi pilihan yang tak tergantikan bagi para pecinta kuliner tradisional.
BACA JUGA:KPK Tangkap Paulus Tannos, Buron Kasus Korupsi e-KTP Rp2,3 Triliun di Singapura
BACA JUGA:Banjir dan Kerusakan Jalan Raya Ranau, Warga Sumsel Geram Tak Ada Solusi
Tempoyak tidak hanya berfungsi sebagai makanan fermentasi dari durian, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam bagi masyarakat OKU Selatan. Proses pembuatannya mencerminkan kearifan lokal dan semangat masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam tanpa menyia-nyiakannya.
Tempoyak juga menjadi simbol keberagaman kuliner lokal. Dengan rasanya yang asam dan khas, tempoyak telah memperkaya citarasa masakan tradisional seperti pempek, pepes ikan, hingga sambal. Kehadirannya di meja makan mencerminkan identitas budaya dan kebanggaan masyarakat terhadap warisan kuliner yang telah turun-temurun.
BACA JUGA:Ningkuk: Tradisi Komering Ulu Selatan yang Menyambung Cinta dan Budaya
BACA JUGA:Warga Desa Kuripan II, Kecamatan Tiga Dihaji, berharap adanya bantuan untuk memperbaiki jembatan gantung yang
Meski zaman terus berubah, tempoyak tetap mempertahankan tempat istimewanya di hati masyarakat OKU Selatan. Popularitasnya yang tak luntur di pasar-pasar tradisional membuktikan bahwa kuliner ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga warisan budaya yang patut dijaga. Dengan keunikannya, tempoyak menjadi salah satu bukti nyata kekayaan tradisi kuliner Indonesia yang layak untuk terus dilestarikan.