Tamat Penganten: Tradisi Pernikahan Suku Semende yang Sarat Nilai Islami

Rabu 29-01-2025,18:05 WIB
Reporter : HOS
Editor : Winda

Harianokus.com - Desa Ulu Danau, yang terletak di Kecamatan Sindang Danau, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, memiliki kekayaan budaya yang unik dan sarat nilai-nilai Islami. Salah satu tradisi khas yang masih lestari hingga kini adalah "Tamat Penganten," sebuah prosesi adat pernikahan yang penuh makna dan diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Suku Semende di OKU Selatan. Tradisi ini menjadi bagian penting dalam adat pernikahan dan mengandung nilai-nilai spiritual yang mendalam.

BACA JUGA:Satlantas Polres OKU Selatan Ajak Siswa Patuhi Aturan Lalu Lintas melalui Pelatihan Safety Riding

BACA JUGA:Dinkes OKU Selatan Optimalkan Pelayanan Posyandu Lansia melalui Monev Desa

Menurut Sarmidi, seorang warga Desa Ulu Danau, tradisi Tamat Penganten sulit didefinisikan secara sederhana karena melibatkan serangkaian prosesi sakral. Salah satu yang paling penting adalah kewajiban calon pengantin, baik laki-laki maupun perempuan, untuk membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an yang telah dipilih oleh Panitia Pelaksana Pernikahan (P3N) sebelum akad nikah berlangsung. Lebih dari sekadar ritual, tradisi ini diyakini sebagai langkah awal yang penuh keberkahan, melibatkan aspek spiritual dan religius yang mempersiapkan calon pengantin untuk memasuki kehidupan rumah tangga.

Dalam adat Suku Semende, pernikahan anak perempuan pertama dikenal dengan istilah "Tunggu Tubang." Tradisi Tamat Penganten seringkali menjadi puncak dari pesta pernikahan, dianggap sebagai acara besar yang membawa kemuliaan bagi keluarga. Tidak seperti tren modern yang kerap berfokus pada hiburan seperti organ tunggal, besarnya pesta pernikahan dalam adat ini justru ditentukan oleh prosesi Tamat Penganten.

BACA JUGA:Kalapas Muaradua Evaluasi Kinerja Petugas, Fokus pada Penguatan Tupoksi dan Profesionalisme

BACA JUGA:DPR Desak Pemerintah Usut Tuntas Penembakan PMI di Malaysia

Sebagai bentuk rasa syukur, keluarga pengantin biasanya mengadakan acara "Agu'an," atau pesta besar yang ditandai dengan pemotongan kerbau. Sarmidi menjelaskan, "Sedekahan untuk acara Tamat Penganten ini seringkali melibatkan pemotongan satu ekor kerbau atau bahkan lebih, tergantung kemampuan keluarga."

Tradisi Tamat Penganten tidak hanya menjadi simbol perayaan, tetapi juga sarana dakwah yang mendidik, terutama bagi generasi muda. Prosesi ini menanamkan pentingnya mempertebal akidah, kesiapan psikologis, serta tanggung jawab besar yang menyertai kehidupan berumah tangga. Membaca Al-Qur'an sebelum menikah menjadi tantangan spiritual yang mengajarkan keteguhan hati dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan baru.

BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Raih Dua Penghargaan di Mata Lokal Desa Award 2025

BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Raih Dua Penghargaan di Mata Lokal Desa Award 2025

Sarmidi menambahkan, "Banyak generasi muda sekarang kurang memahami tradisi lama yang begitu mulia seperti Tamat Penganten. Tradisi ini mempersiapkan calon pengantin dalam segala aspek, termasuk memperkuat akidah dan mental mereka. Harapannya, setelah melalui proses ini, kehidupan rumah tangga mereka akan dipenuhi keberkahan."

Tradisi Tamat Penganten di Desa Ulu Danau tidak hanya menjadi identitas budaya masyarakat Suku Semende, tetapi juga menjadi warisan berharga yang mengajarkan nilai-nilai Islami yang relevan di tengah perkembangan zaman. Tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga adat dan budaya yang berlandaskan spiritualitas dan kebersamaan.

 

Kategori :