Santri Al-Falah Tabrak Warga Hingga Patah Kaki. Korban Harapkan Bantuan

Santri Al-Falah Tabrak Warga Hingga Patah Kaki. Korban Harapkan Bantuan

BANDING AGUNG - Burlian, salah seorang petani di Bedeng Gula, Desa Simpang Sender Utara, Kecamatan Banding Agung, mengalami patah tulang dan luka-luka akibat diduga ditabrak oleh sebuah mobil yang dikendarai oknum santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Falah, desa Penantian, Kecamatan setempat.

Kepada Harian OKU Selatan, korban Burlian, menuturkan kejadian penabrakan yang dialaminya tersebut berlangsung sebulan yang lalu. Pada saat itu dirinya yang tengah mengendarai motor Supra X dari Bedeng Gula, mendapati sebuah mobil yang dikendarai MA melaju dari arah Simpang Sender.

Sejak masih jauh, ucap Burlian, dirinya sudah antisipasi dan berteriak kepada pemilik mobil dari jauh dikarenakan mobil tersebut memakan jalur jalan dilintasinya.

Melihat mobil tersebut sudah sangat dekat, ucap Burlian, ia pun membanting stir motor miliknya kearah kiri, namun mobil tersebut tetap menyerempet motor yang ia kendarai hingga ia pun terpelanting ke dekat siring jalan.

“Sewaktu aku masih sadar, ku jingok mobil yang nabrak itu milik pesantren Al-Falah Penantian, sudah tuh aku dak sadarke diri,” ujarnya.

Pada saat dirinya telah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Muaradua, jelas Burlian, ada salah satu perawat yang mengenalnya. Mengetahui bahwa dirinya yang mengalami kecelakaan dan dirawat, perawat tersebut kemudian menghubungi suaminya yang bertugas di Polres OKU Selatan.

  Beberapa lama kemudian, ungkap Burlian, pemilik mobil dan Kades Penantian, beserta tiga orang lainnya yang menurutnya adalah Polisi datang ke Rumah Sakit.

Dihadapan ketiga orang tersebut, pemilik mobil dan Kades Penantian meminta agar kejadian ini jangan sampai dibawa ke pihak Kepolisian dan mereka pun siap untuk bertanggungjawab penuh atas perawatan korban hingga sembuh.

  “Nak kamu rujuk kemanopun terserah, yang penting korban ini sembuh,” ujar Burlian, menirukan perkataan pemilik mobil dan Kades pada waktu itu.

Pada saat dirinya akan dirujuk ke Rumah Sakit Palembang, ucap Burlian, pemilik mobil dan Kades Penantian meneken perjanjian bahwa akan bertanggung jawab penuh.

Oleh karena itulah, ucap Burlian, ia pun dirujuk ke Rumah Sakit Palembang, tepatnya di Rumah Sakit Siti Fatimah Palembang.

“Namun 2 minggu setelah itu, pemilik mobil ataupun Kades Penantian dak katek kabarnyo, nelpon idak, membesuk jugo idak,” tuturnya.   

Karena mengkhawatirkan mengenai biaya pengobatan, sambung Burlian, ia pun akhirnya meminta data kepada pihak rumah sakit mengenai berapa besar biaya pengobatan perawatannya dan petugas rumah sakit merincikan bahwa biayanya Rp 122 juta. Itu diluar biaya lainnya seperti untuk beli darah, makan minum keluarga yang menunggu, ongkos-ongkos dan lainnya.

Setelah dirinya menyampaikan segala sesuatunya kepada pihak Rumah Sakit, termasuk nomor telpon pemilik mobil dan Kades Penantian untuk mengurusi masalah biaya, akhirnya mereka mengeluarkan uang Rp 88 untuk biaya pengobatan dan setelah itu tidak ada.

Dalam kondisinya saat ini yang butuh pengobatan dan biaya hidup sehari-hari, ungkap Burlian, dirinya sangat memohon bantuan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan pengobatannya dan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Aku sekarang sudah dalam kondisi darurat. Kami berobat dewek, duet lah dak katek lagi, belum lagi anak jugo nak sekolah. Jadi entah cakmano ini. Kami sekarang sangat butuh bantuan,” ucapnya.

            Sementara itu saat wartawan media harianokus.com hendak mengkonfirmasi kepada pemilik mobil, MA dan Kades Penantian mengenai kelanjutan permasalahan ini, namun sayangnya nomor handphone keduanya dalam kondisi tidak aktif. (ndi)

 

Sumber: