Keterbatasan Lahan Pertanian Dorong Masyarakat Harus Kreatif dan Inovatif

Keterbatasan Lahan Pertanian Dorong Masyarakat Harus Kreatif dan Inovatif

Foto: Misnadi, salah satu penyuluh pertanian di kabupaten OKU Selatan.--

MUARADUA, HARIANOKUS.COM - Keterbatasan lahan pertanian mendorong masyarakat harus kreatif dan inovatif dalam mengelola tanaman kopi sebagai penghasilan utama, sehingga secara berkelanjutan tetap menjaga kelestarian hutan, alam, lingkungan, tatanan social dan ekonomi.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Misnadi, salah satu penyuluh pertanian di kabupaten OKU Selatan.

Dikatakannya komoditas unggulan ini membawa nama Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai produsen kopi terbesar di dunia.

Dengan besarnya potensi kopi di Indonesia, maka terbukalah peluang pasar kopi sebagai kesempatan emas bagi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha di bidang perkopian.

Sumatera Selatan sendiri, jelasnya, menyumbang produktivitas kopi yang cukup diperhitungkan dalam skala Nasional. Dimana beberapa kabupaten yang memiliki luas lahan terbesar adalah Kabupaten OKU Selatan.

Menurutnya tidak dapat dipungkiri, kopi juga telah menjadi bagian penting dalam kehidupan dan pengembangan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten OKU Selatan.

Yakni melalui Agroforestri kompleks berbasis tanaman kopi yang ditanam dengan menggunakan lebih dari lima jenis tanaman penaung seperti Alpokad, Durian, Jengkol, Cabejamu, Pisang dan komoditilainya.  

Hal ini dalam rangka menjaga Konservasi lahan, air dan keanekaragaman hayati kemudian menambah unsure hara lahan, pengendalian iklim mikro, penambahan cadangan karbon, menekan serangan hama dan penyakit dan tentunya sebagai peningkatan pendapatan bagi petani kopi.

Namun yang menjadi kendala, jelasnya yakni tingkat pengetahuan petani tentang budidaya agroforestri berbasis kopi yang masih rendah, terbatasnya modal usaha dan organisasi petani yang masih lemah.

Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilalukan melalui pelatihan dan pendampingan teknologi budidaya, bantuan modal usaha dan wirausaha hasil bumi petani kopi, Inovasi dan lain sebagainya.

Beberapa upaya petani melakukan inovasi dengan pengembangan budidaya lebah trigona diantara kebun kopi karena Pollinator seperti lebah trigona sangat penting dalam proses penyerbukan bunga kopi namun trigona tidak termasuk kedalam kegiatan GAP yang lebih focus pada unsure hara, pengendalian hama, gula madan pemangkasan kopi.

Akan tetapi lebah trigona berkontribusi pada kegiatan konservasi lahan perkebunan kopi yang ada di masyarakat.

“Akhir-akhir ini menjadi tren ditengah masyarakat kabupaten OKU Selatan yang banyak dibudidayakan namun semangat yang besar ini tidak didukung dengan pengetahuan yang memadai. Untuk itu disatu sisi upaya ini perlu didukung oleh berbagai pihak, karena meliponi kultur menjadi solusi dan bermanfaat secara ekonomi dan ekologis,” ujanrya.

Dikatakannya secara ekonomi peternak madu menghasilkan tambahan pendapatan dan solusi mengatasi paceklik. Dari sudut pandang ekologis, bisa dikatakan semua jenis lebah adalah agen penyerbukan atau polinasi bagi tanaman.

“Lebah membutuhkan nectar dan serbuk sari pada pembungaan apapun jenis tanamanya termasuk kopi di dalamnya. Di kabupaten OKU Selatan yang merupakan bagian dari program strategis untuk budidaya madu dalam mengatasi proses terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu,” ucapnya.

Madu, sambungnya, merupakan bagian dari inovasi yang mendukung kegiatan livelihood sebagai diversifikasi income bagi petani kopi.

Sebagai informasi di KecamatanTiga Dihaji mampu menghasilkan 245 Liter madu trigona pertahun dari beberapa patani yang terus membudidayakan mmadu trigona tersebut.

Artinya disitu terdapat potensi uang yang mengalir, dari sebelumnya tidak ada menjadi ada.

“Hal ini jika terjadi dibeberapa kecamatan lainya sudah barang tentu OKU Selatan dapan menjadi contoh inovasi ramah lingkungan bahkan dapat menjadi Icon MaduTrigona di OKU Selatan SkalaProvinsi Sumatera Selatan,” tutupnya. (*)

Sumber: