Optimisme Ekonomi Indonesia Menyongsong Tahun Politis 2024
pengamat Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) sekaligus Dosen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MDP, Idham Cholid, SE.,ME.-FOTO: DOK HOS-
HARIANOKUS.COM - Tidak dapat dipungkiri bahwa tahun 2023 tidaklah menjadi tahun yang mudah bagi perekonomian Indonesia.
Optimisme yang tertanam dalam asumsi APBN 2023 terkompromi oleh berbagai faktor, terutama yang berkaitan dengan dinamika politik dan ekonomi global.
Meskipun krisis ekonomi pasca pandemi dan ketidakpastian ekonomi global masih berdampak, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, tercermin dari sektor lapangan usaha dan pertumbuhan wilayah yang merata.
Pada sektor lapangan usaha, terutama Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Konstruksi, pertumbuhan positif tetap tercatat di tahun 2023, didukung oleh permintaan domestik yang kuat dan proyek infrastruktur pemerintah di berbagai daerah.
BACA JUGA:Keji! Tersangka Tendang Jasad Anak ke Dalam Septitank dengan Alasan Takut Berteriak
Idham Cholid, seorang pengamat ekonomi dari Sumatera Selatan, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti oleh Jawa, Kalimantan, Sumatera, Bali-Nusa Tenggara (Balinusra).
Namun, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana prospek ekonomi Indonesia di tahun 2024, terutama dalam konteks tahun politik?
Dengan 2024 sebagai tahun terakhir kepemimpinan Presiden Jokowi, penting untuk menyelesaikan program-program strategis dan membangun fondasi yang kuat untuk transformasi pemerintahan dan ekonomi di masa depan.
Asumsi makro pemerintah dan DPR menetapkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,2 persen, angka yang dianggap moderat dan realistis mengingat ketidakpastian kondisi global yang masih tinggi.
BACA JUGA:Buah Durian, Raja Nutrisi bagi Kesehatan Anda!
Beberapa ahli ekonomi menyarankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai 7 persen setiap tahunnya untuk mencapai status negara maju.
Pertumbuhan tersebut tidak hanya mendukung status negara maju, tetapi juga dapat menyerap tenaga kerja, meredam tingkat pengangguran, dan menciptakan pasar yang lebih kuat.
Meskipun pertumbuhan yang diinginkan, perlu dicermati sektor pendorongnya.
Indonesia cenderung bergantung pada konsumsi rumah tangga, yang menjadi kontributor besar terhadap perekonomian.
Sumber: