Harga Pupuk Subsidi dI OKU Selatan Melambung Tinggi, Petani Mengeluh

Harga Pupuk Subsidi dI OKU Selatan Melambung Tinggi, Petani Mengeluh

Petani mengeluh harga pupuk subsidi yang melambung tinggi.-foto: IST-

MUARADUA, HARIANOKUS.COM - Komoditas petani di berbagai Kecamatan wilayah Kabupaten OKU Selatan mengeluhkan lonjakan harga pupuk subsidi jenis Urea.

Pasalnya, harga pupuk subsidi jenis urea mencapai RP. 170.000 per sak di tingkat pengecer, selain dari harganya yang tinggi, pupuk tersebut juga sulit didapatkan.

Hal ini dirasakan oleh MI, seorang warga Kecamatan Buay Rawan, Kabupaten OKU Selatan, saat diwawancarai pada Minggu, 21 April 2024.

BACA JUGA:Jembatan Keban Agung OKU Selatan Putus Akibat Diterjang Banjir

"Pupuk Subsidi jenis Urea sangat mahal di Kecamatan Buay Rawan sekarang mencapai Rp. 170 ribu per sak, dan barangnya juga sulit didapatkan," ujarnya.

Menurutnya, kondisi seperti ini sangat menyulitkan bagi petani di OKU Selatan, karena pupuk merupakan salah satu kebutuhan utama dalam bertani.

"Saat ini musim tanam, jadi ini waktu di mana kami membutuhkan pupuk, tetapi dengan harga yang tinggi dan ketersediaan yang sulit, ini menjadi kendala bagi kami," katanya.

BACA JUGA:Curup Lungkuk, Permata Tersembunyi di OKU Selatan yang Memikat Wisatawan

Kami sebagai petani juga berharap kepada pengawas Pupuk Subsidi agar benar-benar dapat melakukan pengawasan dan memeriksa lapangan sesuai dengan keluhan petani.

"Setahu kami ada petugas khusus yang mengawasi pupuk subsidi ini, namun sejauh ini belum terdengar tindakan yang dilakukan khusus di OKU Selatan," keluhnya.

Dengan demikian, para pengecer terus menjual pupuk subsidi secara tidak wajar kepada petani, karena kurangnya pengawasan dari pihak pengawas.

BACA JUGA: Pemkab OKUS Gelar Program KB Gratis untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Rangka Memperingati Hari Kartini

Selain itu, lanjut MI, terkadang para distributor hingga pengecer ini sering melakukan kesalahan dalam pendistribusian.

"Seringkali mereka salah sasaran dalam penjualan, pengecer ini kerap menjual ke tempat lain padahal lokasi penjualan sudah ditentukan. Karena kurangnya pengawasan, mereka dengan bebas menjual," tandasnya. (Dal)

Sumber: