Panjat pinang juga memiliki keberadaan dalam budaya Tionghoa, terutama di wilayah Fujian, Guangdong, dan Taiwan, yang berkaitan dengan perayaan Festival Hantu.
BACA JUGA: Buruan Ayo Ikut Lomba Gap di Graha Pena OKU Ekspres, Silaturahmi Sambil Dapat Hadiah Manarik
Tradisi ini dapat ditelusuri kembali hingga masa Dinasti Ming. Dalam konteks ini, perlombaan panjat pinang sering kali disebut sebagai "qiang-gu".
Pada suatu periode, pemerintah Dinasti Qing melarang permainan ini karena cenderung menimbulkan risiko kecelakaan yang serius.
Namun, saat Taiwan dikuasai oleh Jepang, tradisi panjat pinang diperkenalkan kembali dalam beberapa acara perayaan Festival Hantu.
Di Taiwan, permainan panjat pinang masih bertahan sebagai tradisi di berbagai lokasi.
BACA JUGA:Lomba Gapura Hebohkan HUT RI ke-78 di Oku Selatan
Prosesnya mirip dengan versi Tionghoa lainnya, namun ada perbedaan dalam hal ketinggian yang harus dicapai.
Pohon pinang telah diubah menjadi struktur bangunan yang lebih tinggi, dengan beberapa tingkat.
Peserta yang berhasil mencapai puncak mendapatkan hadiah, yang seringkali berupa gulungan merah yang tergantung di puncak struktur.
BACA JUGA:Dispora OKU Selatan Persiapkan Lomba Gerak Jalan
Secara keseluruhan, panjat pinang adalah sebuah lomba tradisional yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang dalam.
Meskipun awalnya diperkenalkan oleh penjajah Belanda, tradisi ini telah diadopsi dalam berbagai konteks budaya dan tetap menjadi bagian integral dari perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia serta perayaan tradisional di wilayah Tionghoa seperti Taiwan. (*)