HARIANOKUS.COM - Indonesia, dengan kekayaan kuliner yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, menyimpan banyak cerita menarik di balik setiap sajian tradisionalnya.
Gastronomi kuliner Indonesia tidak hanya tentang menikmati hidangan yang lezat, tetapi juga memahami sejarah, filosofi, dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gastronomi adalah seni menyiapkan hidangan yang lezat.
Namun, lebih dari itu, gastronomi juga mencakup ilmu yang berhubungan dengan seni, filosofi, sosial-budaya, dan antropologi suatu makanan.
Hal ini menjadikan gastronomi sebagai cara untuk mengenal lebih dalam kebiasaan makan dari suatu wilayah yang berhubungan dengan budaya masyarakat setempat.
Sebagai contoh, masyarakat pesisir lebih sering mengonsumsi hidangan laut dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di dataran tinggi.
Contoh lain adalah tumpang koyor dari Salatiga, sebuah hidangan legendaris yang telah ada sejak 1814.
Tumpang koyor merupakan sup tradisional yang terdiri dari tahu, tempe, atau bahan berbasis kedelai, serta bumbu khas lainnya.
BACA JUGA:Tersingkir dari Grup A, Apri/Fadia Akhiri Perjuangan di Olimpiade Paris 2024
Menikmati tumpang koyor tidak hanya soal rasa, tetapi juga memahami sejarah dan budaya yang melingkupinya.
Perlu diingat bahwa wisata gastronomi berbeda dengan wisata kuliner.
Menurut Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), wisata gastronomi merupakan perjalanan ke satu daerah yang berhubungan dengan makanan sebagai tujuan rekreasi.
Wisata ini lebih menekankan pada filosofi di balik sebuah makanan atau minuman, memberikan pengalaman dan pengetahuan mendalam tentang makanan yang dinikmati.
Sebagai negara dengan beragam kuliner tradisional, Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan wisata gastronomi.
Setiap daerah memiliki cerita unik yang bisa dieksplorasi dan dipelajari melalui makanan mereka.