Target Meleset, Perampungan Bendungan Tiga Dihaji Molor ke 2025

Foto: PPK Bendungan II BBWS Sumatera VIII Fungky Pramana ST.--
MUARADUA, HARIAN OKU SELATAN - Mega Proyek Bendungan Tiga Dihaji di Kabupaten OKU Selatan meleset dari target rampung tahun 2023. Hal ini dikarena progres pengerjaan konstruksi yang dimulai sejak tahun 2018 tersebut masih landai.
"Untuk global progres pengerjaan proyek Bendungan Tiga Dihaji saat ini diangka 40 persen. Saat ini, kita sudah melakukan usulan ke Dirjen terkait untuk revisi target yang posisi surat sudah di Jakarta. Penambahan durasi waktu pengerjaan yakni target di 2025,” ungkap PPK Bendungan II BBWS Sumatera VIII Fungky Pramana ST dibincangi, Senin (12/12/2022).
Fungky menjelaskan jika proyek pengerjaan Bendungan Tiga Dihaji meleset dari target, karena memang adanya ganjalan beberapa kendala. Salah satu yang paling mengganjal adalah banyaknya lokasi proyek tersebut yang belum sepenuhnya dilakukan pembebasan lahan atau ganti rugi dari masyarakat.
Ada beberapa wilayah yang menurutnya saat ini lahan proyek pengerjaan tersebut terus dipertahakan warga. Padahal warga masyarakat pemilik lahan tersebut, sudah dilakukan beberapa kali musyawarah dan mediasi.
"Terutama pada lahan-lahan wilayah, yang sebenarnya jadi tempat untuk dialokasikan pembuangan material. Kemudian juga ada lokasi-lokasi yang dijadikan lahan sentral jalan proyek," jelasnya.
"Pada intinya Bendungan ini kan yakni menggali, dan material barang ditimbunkan. Namun kalau lokasi tersebut seperti posisi saat ini belum bebas, tentu kita pekerja belum bisa leluasa bekerja," ungkapnya.
Adapun untuk wilayah desa-desa yang menurutnya saat ini masih bersinggungan dengan lokasi proyek dan belum bebas masih cukup banyak. Terutama di lokasi-lokasi desa seperti Sukabumi, Sukarena, Surabaya dan ada beberapa wilayah lainya.
Hanya saja pada lokasi-lokasi ini, pembebasan lahan dari warga tersebut cukup alot dan bahakan memakan waktu cukup lama. "Namun untuk posisinya saat ini, pengerjaan proyek bendungan ini masih tetap berjalan. Seperti paket 1 pengerjaan pondasi, paket 2 pengerjaan pembangunan jembatan, dan lainya," bebernya.
Terkait anggaran biaya, yang seperti diketahui sebelumnya proyek yang secara global menelan anggaran biaya 3,7 triliun tersebut beberapa tahun kebelakang terdampak recofusing (pemotongan anggaran). Pihaknya mengatakan jika permasalahan anggaran tersebut, saat ini masih berjalan terkendali.
Hanya saja beberapa biaya proyek tahunan tersebut, dialokasikan secara bertahap. Misalkan pada tahun 2020 anggaran biaya proyek tersebut terpotong karena recofusing, sisa kekurangan akan dibayar pada tahun 2023.
"Hanya mekanismenya saja yang berbeda diflesibelkan, tetapi untuk nilai angka pembiayaan proyek secara global itu tetap, tidak berubah," jelasnya. (end)
Sumber: