Jelang Ramadhan, Warga OKU Selatan Laksanakan Ruahan

Jelang Ramadhan, Warga OKU Selatan Laksanakan Ruahan

Ruahan Ramadhan, masih jadi Tradisi Masyarakat OKU Selatan Sebelum Puasa-Foto: Hamdal Hadi/HOS-

OKU SELATAN, HARIANOKUS.COM - Jelang memasuki Bulan Suci Ramadhan, masyarakat di Kabupaten OKU Selatan tetap menjaga kebersamaan dengan melaksanakan tradisi ruahan.

Di Muaradua, salah satu kecamatan di wilayah tersebut, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari budaya lokal.

Ruahan, sebuah tradisi yang turun-temurun di Indonesia, tetap menjadi perayaan yang dinantikan, khususnya di daerah Muaradua, Kabupaten OKU Selatan.

Dilakukan menjelang bulan Ramadhan atau tepatnya pada bulan Syaban dalam kalender Hijriyah, ruahan tidak hanya menjadi momentum untuk berkumpul bersama, tetapi juga sebagai wujud kepedulian dan doa bagi keluarga yang telah meninggal.

BACA JUGA:Kepala Kemenag OKU Selatan Motivasi Siswa Kelas XII untuk Menghadapi UTBK dan SNBT Tahun 2024 di MAN 1 OKUS

Pada Senin Malam tanggal 26 Februari 2024, warga Kelurahan Pancur Pungah, Kecamatan Muaradua, Kabupaten OKU Selatan, turut serta dalam kegiatan ruahan.

Nur Ikhsan, S. Hum, salah satu warga yang ikut berpartisipasi, menjelaskan bahwa ruahan merupakan bagian tak terpisahkan dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan.

"Dalam tradisi ini, kita membaca Yasin, Tahlil, Tahmod, Tasbih, dan berdoa bersama untuk keluarga yang telah meninggal. Ini adalah cara kami untuk menjaga ikatan kekeluargaan dan mengingatkan akan pentingnya persaudaraan," ucapnya.

Ruahan bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebuah ibadah dan bentuk silaturahmi yang sangat dihargai oleh masyarakat setempat.

BACA JUGA:Skutik Premium Fashionable Terbaru dari Honda, New Honda Stylo 160 Resmi Diluncurkan di Sumatera Selatan

"Ini adalah warisan leluhur kami yang harus dijaga dan dilestarikan. Setiap tahun, kami selalu menyambut bulan Ramadhan dengan kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan kepada yang telah tiada," tambahnya.

Dengan kebersamaan dalam ruahan, masyarakat OKU Selatan tidak hanya memperkuat ikatan sosial mereka tetapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tradisi ini menjadi bukti bahwa kebersamaan dan solidaritas tetap menjadi pondasi kuat dalam mewujudkan harmoni di tengah-tengah masyarakat. (Dal)

Sumber: