Cerita Budidaya Madu Trigona Oleh Agung Hadi Saputro, Seorang Penyuluh Kehutanan

Cerita Budidaya Madu Trigona Oleh Agung Hadi Saputro, Seorang Penyuluh Kehutanan

Budidaya madu trigona yang dilakukan Agung Hadi Saputro yang tinggal di Jl Imam Bonjol Desa Air Paoh Baturaja.-Foto: Berry/Sumeks-

Ada petani yang menjual sarang lebah ini dengan harga mencapai Rp 150.000 di tingkat petani, namun bisa mencapai Rp 300.000 di tingkat pengepul, bahkan bisa mencapai Rp 1.000.000 jika dijual di Pulau Jawa.

Setelah mendapatkan sarang lebah, Agung menambahkan kotak kayu sebagai rumah atau sarang lebah.

BACA JUGA:Perbedaan Masuk Angin, Angin Duduk, dan Serangan Jantung: Apa yang Harus Diketahui?

Bagian atasnya ditutup untuk melindungi sarang lebah dari pemangsa.

Panen madu trigona dapat dilakukan dalam 10 bulan dalam setahun, dengan produksi yang cenderung berkurang saat musim hujan.

Selain mengelola budidaya madu trigona di tempat tinggalnya, Agung juga membina petani lebah trigona di daerah Batumarta Unit 3 dan Batumarta Unit 10.

Ia membantu petani dalam memasarkan madu yang telah dipanen, karena menurutnya, masalah pemasaran menjadi krusial.

Agung telah menjalin kerjasama dengan pabrik herbal di Pulau Jawa untuk memasarkan madu trigona hasil budidayanya.

BACA JUGA:Musim Hujan, Waspada Serangan Flu Loh

Pasar madu trigona menurut Agung masih terbuka lebar dan belum bisa memenuhi permintaan pasar yang cukup besar.

Varian rasa dan warna madu tergantung pada jenis makanan sari yang dihisap lebah, misalnya, jika lebah menghisap sari bunga tembesu, rasa madunya menjadi pahit.

Uniknya, Agung mengaku belajar pelihara dan memanen madu trigona secara otodidak. Selain menjual madu secara grosir ke pabrik, Agung juga menjual secara eceran dengan harga Rp 100.000 per 250 ml. (bis/sumeks)

Sumber: