Cerita Budidaya Madu Trigona Oleh Agung Hadi Saputro, Seorang Penyuluh Kehutanan
Budidaya madu trigona yang dilakukan Agung Hadi Saputro yang tinggal di Jl Imam Bonjol Desa Air Paoh Baturaja.-Foto: Berry/Sumeks-
HARIANOKUS.COM – Manfaat madu bagi kesehatan sudah tidak diragukan lagi.
Namun, tahukah Anda asal-usul madu yang dikonsumsi sehari-hari?
Ada madu yang diperoleh langsung dari alam, dan ada pula yang dihasilkan dari lebah yang dibudidayakan oleh para petani.
Salah satu bentuk budidaya yang menarik perhatian adalah budidaya madu trigona yang dilakukan oleh Agung Hadi Saputro, seorang penyuluh kehutanan yang tinggal di Jalan Imam Bonjol, Desa Air Paoh, Baturaja (belakang Mapolsek Baturaja Timur).
Agung telah menggeluti budidaya madu trigona selama beberapa tahun terakhir, awalnya hanya sebagai iseng dan menawarkan komoditas yang mudah dikelola.
BACA JUGA:Rayakan Hari Jadi, Inilah 9 Capaian Sukses Kabupaten OKU Timur di Usia 20 Tahun
Agung, yang bekerja sebagai tenaga penyuluh kehutanan di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, mengaku bahwa profesi yang ia geluti banyak bersentuhan dengan petani dan sektor hutan.
Melihat kondisi ekonomi petani karet dan sejenisnya yang masih kurang, Agung pun berpikir untuk memanfaatkan produk dari hutan, seperti madu trigona.
"Madu ini merupakan hasil hutan, bukan kayu," ujarnya.
Pandemi COVID-19 ternyata membawa dampak positif bagi Agung, karena permintaan terhadap madu trigona meningkat drastis.
Agung menjelaskan bahwa madu trigona berasal dari lebah yang tidak menyengat, dan koloni lebah ini cenderung stabil dan tidak suka berpindah tempat.
BACA JUGA:Awas! Jangan Sering Mandi Malam, Ini Resiko Penjelasannya
Awalnya, Agung memiliki sekitar 30 sarang lebah trigona di sekitar tempat tinggalnya, namun saat ini hanya tinggal 4 sarang koloni, selebihnya dipindahkan ke daerah Bukit Balau karena pertimbangan ketersediaan pakan lebah.
Proses budidaya lebah trigona dimulai dengan mengambil dan memotong batang atau pokok kayu yang mengandung sarang lebah trigona.
Sumber: