Ningkuk: Tradisi Komering Ulu Selatan yang Menyambung Cinta dan Budaya

Ningkuk: Tradisi Komering Ulu Selatan yang Menyambung Cinta dan Budaya

Melestarikan Tradisi Ningkuk, Langkah Pemuda Mahanggin Jaga Warisan Leluhur--Foto: Harian OKU Selatan.--

Harianokus.com - Sebagai bagian dari upaya melestarikan adat istiadat khas Kabupaten OKU Selatan, sekelompok pemuda-pemudi di Desa Mahanggin menggelar acara tradisional yang dikenal sebagai Ningkuk atau Runcak-Runcakan dalam bahasa Komering. Acara ini berlangsung dengan penuh antusias, menghidupkan kembali warisan budaya yang hampir punah.

BACA JUGA:Jalan Ranau Desa Sukajaya Rusak Parah, Warga Terpaksa Tambal dengan Tanah Liat

BACA JUGA:Warga Desa Kuripan II, Kecamatan Tiga Dihaji, berharap adanya bantuan untuk memperbaiki jembatan gantung yang

Tradisi Ningkuk ini biasanya digelar saat perayaan pernikahan, sebuah acara adat yang kini semakin jarang dilakukan. Desi, salah satu gadis desa yang terlibat dalam acara tersebut, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali adat istiadat khususnya budaya Komering Ulu Selatan.

"Tradisi Ningkuk ini sudah hampir punah dan ditinggalkan. Alhamdulillah, tokoh adat sangat mendukung pelaksanaannya karena ini adalah salah satu cara melestarikan budaya kita," kata Desi.

Ia juga menambahkan bahwa pemerintah desa bersama tokoh masyarakat akan terus berupaya melestarikan tradisi Ningkuk. Menurutnya, ada banyak nilai positif yang bisa dipetik dari acara ini, seperti mempererat hubungan sosial, meningkatkan tanggung jawab, kecekatan, hingga menjadi sarana rekreasi yang menyenangkan.

BACA JUGA:Kasus Korupsi Aset Pemda: Pemeriksaan Dua Tersangka Diundur

BACA JUGA:Jalan Ranau Desa Sukajaya Rusak Parah, Warga Terpaksa Tambal dengan Tanah Liat

"Melalui tradisi ini, kami juga ingin memberikan edukasi yang positif kepada generasi muda agar mereka lebih mengenal dan mencintai adat istiadat," ujarnya.

Desi menjelaskan, Ningkuk juga sering menjadi ajang mencari jodoh atau sekadar memperluas pergaulan bagi para bujang dan gadis. Tradisi ini biasanya dilakukan saat ada warga yang hendak melangsungkan pernikahan. Para pemuda dan pemudi yang hadir akan ditempatkan di satu lokasi secara berhadap-hadapan.

Kemudian, mereka saling berbalas pantun sembari menjalankan selendang dari satu orang ke orang lain diiringi musik tradisional. Ketika musik berhenti, selendang juga berhenti di tangan salah satu peserta.

BACA JUGA:Kasus Korupsi Aset Pemda: Pemeriksaan Dua Tersangka Diundur

BACA JUGA:Kuliner Khas Ogan Komering Ulu yang Wajib Dicoba

"Peserta yang memegang selendang saat musik berhenti akan mendapat semacam hukuman. Hukumannya bisa berupa menari berpasangan, merayu lawan jenis, berbalas pantun, dan lainnya. Ini yang membuat acara Ningkuk menjadi seru dan penuh canda tawa," tuturnya.

Sumber: