Jelang Panen, Petani di OKU Selatan Harapkan Kenaikan Harga Lada

Jelang Panen, Petani di OKU Selatan Harapkan Kenaikan Harga Lada

Petani Lada OKU Selatan Joko Fidral saat melihat kebun jelang panen.-Foto: Hamdal Hadi/HOS-

MUARADUA, HARIANOKUS.COM - Menjelang panen pada bulan Mei-Juni 2024 mendatang, komoditas petani lada di wilayah Kabupaten OKU Selatan berharap penjualan hasil panen tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2023 lalu.

Pada bulan Mei 2023 lalu, harga jual lada hanya sekitar Rp 40.000-45.000 per kilogram di tingkat pengepul.

Harga tersebut dianggap tidak sebanding dengan biaya pengeluaran dan perawatan yang dikeluarkan.

"Kami berharap hasil panen stabil dan harga jual meningkat. Alhamdulillah, buahnya tahun ini lumayan bagus. Semoga saja harga lada meningkat karena selain dari merosotnya panen kopi, kemungkinan kurang dikarenakan musim kemarau tahun lalu," ucap Joko Fideral, warga Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Buay Pemaca, pada Selasa, 16 April 2024.

BACA JUGA:Geger Gadis Desa Madura OKU Selatan Hilang, Diduga Dibawa Lari Oleh Pria

Ia mengaku telah menggeluti budidaya lada selama 10 tahun terakhir dengan sistem tanam sulam, memiliki sekitar 3.000 batang lada.

"Sejak tahun 2000, saya sudah menanam sebanyak 3.000 batang lada dengan sistem tanam sulam. Dari 3.000 batang tersebut, panen normalnya mencapai 2 ton," ungkapnya.

Dengan harapan ini, petani lada di wilayah Kabupaten OKU Selatan berharap akan terjadi kenaikan harga jual saat panen nanti pada bulan Mei-Juni.

"Lada semakin langka karena banyak yang beralih menanam jagung. Selain itu, proses perawatan dan panennya rumit, hanya dilakukan sekali dalam setahun," terangnya.

BACA JUGA:Plafon PVC nih, Inovasi Desain Terkini untuk Ruangan yang Menarik dan Tahan Lama

Jika pada tahun 2023 lalu harga lada hanya berkisar di angka Rp 40.000, sementara lada merupakan salah satu kebutuhan masyarakat banyak.

"Kalau harga jual saat panen nanti bisa mencapai Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per kilogram, itu sudah cukup lumayan bagi kami.

Namun, jika harga masih rendah, tidak sebanding dengan biaya perawatan," tambah Joko.

Proses budidaya lada memang lebih rumit dibandingkan dengan kopi atau jagung, sehingga memerlukan perawatan ekstra.

Sumber: