Tari Kebagh, Merupakan Nilai Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Suku Besemah

HARIANOKUS.COM - Tari Kebagh, merupakan tarian khas suku Besemah, yang bercirikan gerakan membuka lembar kedua tangan, seperti menggebarkan sayap. 

Tarian ini berasal dari daerah Basemah, khususnya Pagar Alam dan umumnya suku Besemah di Sumatera Selatan. Tari Kebagh di perkirakan telah ada sejak abad ke-14. 

Nama tarian ini, dulunya dikenal dengan nama Tari Semban Bidadari atau Tari Sembah Semban pada masa kolonial Belanda. Selendang besar yang digunakan oleh penari pada masa itu disebut dengan Semban Bidadari. 

Namun, larangan pada tahun 1900-an setelah Indonesia merdeka membuat tarian ini, menghilang hingga akhirnya ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai warisan budaya Indonesia.

BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Akan Sajikan Tabligh Akbar dalam Peringatan HUT ke-20

BACA JUGA:Cerita Budidaya Madu Trigona Oleh Agung Hadi Saputro, Seorang Penyuluh Kehutanan

Menariknya, tari ini bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan kepercayaan masyarakat suku Besemah. 

Sebelum menari, para penari melakukan ritual menabur beras kunyit yang artinya meminta izin kepada bidadari untuk penarikan tarian sesuai ritual sakral. Tari Kebagh hanya ditarikan oleh perempuan yang sedang suci, tidak dalam keadaan haid, dengan hati yang bersih dan tidak sedang memikirkan duniawi.

Tidak hanya itu, tarian ini pun memiliki cerita lisan yang berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti pada acara perkawinan di suatu desa. 

Cerita ini, bercerita tentang tarian-tarian istri Puyang Serunting Sakti yang memikat hati semua orang, dan membuat semua mata terpana, hingga ia tak lagi menginjak bumi, melainkan melayang-layang semakin tinggi menuju kekayaan negeri asalnya. Konon, tarian ini menjadi cikal bakal lahirnya Tari Kebagh.

BACA JUGA:Pemda Memastikan Harga LPG 3 Kg Tetap Sesuai HET di OKU Selatan

BACA JUGA:Kita Intip Performa Snapdragon 7s Gen 2 di POCO X6 5G

Tari Kebagh juga, memiliki charecter tersendiri dalam gerakan penarinya. Menurut budayawan asal Pagaralam Damanhurin Dhani, tarian ini memiliki ciri khas gerakan tangan terlebih dahulu. 

Sumber: