Inilah Sejarah Larangan Meniup Lilin Saat Ulang Tahun, Rasulullah Tidak Memperbolehkan

Inilah Sejarah Larangan Meniup Lilin Saat Ulang Tahun, Rasulullah Tidak Memperbolehkan

larangan tiup lilin saat ulang tahun-desti-

HARIANOKUS.COM - Bertambahnya umur bagi sebagian orang memang menjadi momen yang ingin dilewati dengan penuh kebahagiaan. 

Mengundang sanak saudara dan sahabat, makan bersama, hadiah-hadiah yang datang silih berganti, dan masih banyak lagi. 

Salah satu hal yang sekan-akan sudah menjadi tradisi dalam acara ulang tahun adalah meniup lilin. 

Rasa-rasanya sebagian umat muslim pun masih melakukan hal ini.

Namun, bagaimana islam memandang hal tersebut? Bolehkah? Atau hal tersebut malah merupakan sesuatu yang dilarang?

Tradisi tiup lilin sudah lahir sejak zaman Yunani Kuno. 

Dalam sejarah disebutkan bahwa menyalakan lilin adalah sebuah cara khusus seseorang untuk membayar semcam upeti kepada dewi bulan yang terdapat dalam mitologi Yunani, yakni dewi Artemis. 

Pada zaman dahulu, kue yang dipakai haruslah berbentuk bulat agar dapat melambangkan bulan dan lilin yang ditaruh di atasnya menyiratkan cahaya bulan. 

Sebelum orang-orang Yunani Kuno meniup lilin, mereka terlebih dahulu berdoa.

Asap dari lilin yang melayang di udara dianggap sebagai penghantar doa-doa mereka kepada sang dewi. 

Oleh karena itu tradisi tiup lilin tidak hanya dilakukan pada saat ulang tahun, tetapi setiap mereka memiliki keinginan. 

BACA JUGA:Mengenang Sejarah Perjuangan RA Kartini, Dari Kegelapan Menuju Cahaya

Oleh karena itu, tradisi meniup lilin ketika seseorang ulang tahun termasuk ke dalam aktivitas keagamaan orang-orang Yunani Kuno. 

Lilin juga dapat diibaratkan sebagai cahaya kehidupan bagi menurut orang-orang non-muslim.

Sumber: