Krisis Air Ancaman yang Serius Bisa Sebabkan Krisis Pangan, Penyebabnya?

Krisis Air Ancaman yang Serius Bisa Sebabkan Krisis Pangan, Penyebabnya?

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menggarisbawahi ancaman krisis air yang sedang menghantui seluruh dunia.--

Dwikorita menekankan pentingnya kolaborasi global dalam menghadapi krisis ini. 

Dalam World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan diadakan di Indonesia pada Mei 2024, akan dihadirkan tiga elemen kunci: ilmuwan, dukungan politik, dan eksekusi kebijakan.

BACA JUGA:Diduga Belum Terealisasi Bantuan dari Pemda OKUS, Korban Banjir Viral di Media Sosial

Pemerintah Indonesia melihat WWF sebagai kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatasi krisis ini, berkolaborasi dengan negara lain, dan memanfaatkan kekuatan sains serta inovasi teknologi lokal. 

Indonesia berharap menjadi perantara antara negara maju dan berkembang dalam transfer pengetahuan sains dan teknologi.

Persoalan krisis air dan perubahan iklim tentunya memiliki kompleksitas yang sangat tinggi. Oleh karenanya diperlukan gotong royong untuk menyelesaikan persoalan ini.

 BMKG sendiri memiliki fungsi dan peran untuk memberikan informasi sedini mungkin agar pihak terkait merancang strategi bagaimana melakukan mitigasi.

BMKG berharap, data dan informasi yang diberikan dampak diartikan tidak hanya dalam sebuah kebijakan namun juga pemahaman bagi seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. 

Perkembangan informasi ini diharapkan menjadi pengetahuan dan menjadi kesadaran dalam bertindak dan akhirnya menjadi local wisdom di masyarakat.

"Ini persoalan kemanusian, keselamatan bumi, bahkan peradaban. Ini menyangkut pelbagai negara, kelompok masyarakat hingga berbagai suku jadi harus kolaborasi," ujar Dwikorita.

Di WWF, Dwikorita berujar akan hadir tiga elemen kunci dalam menghadapi persoalan air dan perubahan iklim. Yaitu pada proses tematik akan melibatkan para praktisi sains dan ilmuwan yang nantinya akan menghasilkan kesimpulan apa yang harus dilakukan oleh seluruh pihak.

Di sisi lain, dari hasil WWF, Dwikorita berharap ada dukungan politik yang kuat untuk menerjemahkannya dalam sebuah kebijakan hingga proses eksekusi. 

Jangan sampai hasil WWF hanya berupa tumpukan kertas namun tidak ada tindak lanjut dari pemerintah atau pemangku kepentingan.

"Data kita bekerja menjadi dasar analisis untuk ditafsirkan para politis untuk membuat kebijakan jitu. Kolaborasi pun tidak hanya sekadar level sains, political, dan regional tapi mesin-mesin dan dan data terus bermain seperti itu," jelasnya.

Dengan adanya WWF ke-10, Dwikorita melihat hal ini adalah peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk menunjukkan leadership bagaimana Indonesia berjuang untuk menyelamatkan rakyatnya dan juga bersama negara lain menyelamatkan dunia dengan berkolaborasi. 

Sumber: