Fenomena Atmosfer Mempengaruhi Cuaca di Indonesia, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem

Fenomena Atmosfer Mempengaruhi Cuaca di Indonesia, BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem

Ilustrasi Cuaca ekstrem Indonesia.-foto: IST-

HARIANOKUS.COM - Beberapa fenomena atmosfer diprediksi bertanggung jawab atas kemungkinan datangnya hujan lebat di daerah-daerah berikut.

"Faktor cuaca global dan regional di sebagian besar wilayah Indonesia mempengaruhi cuaca di wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan," menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 27 Oktober–2 November.

"Pada sepekan ke depan, sebagian wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Papua," lanjut keterangan itu.

BACA JUGA:Putusan Syarat Capres-Cawapres Dinilai Tak Punya Dasar Konstitusional

Apa saja yang memengaruhi kondisi ini?

Pertama, dalam skala global, fenomena anomali suhu di Samudera Pasifik (El Nino atau pun La Nina) serta fenomena sejenis di Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole/IOD), tak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan Indonesia.

Kedua, kondisi gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada kuadran 8 (belahan bumi barat dan Afrika) tidak signifikan untuk wilayah Indonesia.

Ketiga, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Keempat, gelombang atmosfer Kelvin juga terpantau berada di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

"Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut."

Kelima, Sirkulasi Siklonik terpantau di Teluk Thailand dan Laut Cina Selatan.

BACA JUGA:Terseret Mobil hingga 92 Meter, Warga Muara Kati Musi Rawas Merenggang Nyawa

Hal ini membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi/ konfluensi) memanjang di pesisir barat Aceh, Aceh, Sumatra Utara, hingga Selat Malaka, dan dari pesisir barat Kalimantan Barat, Kalimantan Barat hingga Sarawak Sabah.

Keenam, daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya terpantau memanjang dari pesisir barat Bengkulu, Sumatra Barat hingga Riau bagian utara, dari Jawa Tengah hingga Jawa Barat bagian selatan, di Sulawesi Tengah hingga Selat Makassar, dan Papua.

Sumber: